AkzoNobel Dukung Pelukis Indonesia Lewat Pameran Lukisan “Showtime”

AkzoNobel Dukung Pelukis Indonesia Lewat Pameran Lukisan “Showtime”

ajax loader

AkzoNobel, perusahaan cat dan pelapis terkemuka di dunia, serta pengelola merek Dulux, sekali lagi membuktikan komitmennya untuk mendukung tokoh kreatif lokal dengan berpartisipasi dalam pameran lukisan “Show Time”. Partisipasi Dulux di pameran ini sejalan dengan Ide Kota Humanis yang diluncurkan AkzoNobel sejak pertengahan tahun lalu.

Pameran lukisan ini diadakan pada 7-17 April 2015 di Galeri Seni Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta dan menampilkan sejumlah tokoh terkemuka di kancah seni budaya tanah air seperti Dwi Sutarjantono, Dwiko Rahardjo, Debby Setyawati, Retno Murti, Iswanto, Febri Suwandito, Tommy Faisal dan Susilo Sudirman. Turut hadir juga di malam pembukaan (07/04), Permaisuri Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Wakil Ketua DPD RI, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, serta istri Duta Besar Paraguay, Mme. Yulie Nasution Grillon.

Presiden Direktur PT ICI Paints Indonesia (AkzoNobel Decorative Paints Indonesia), Jun De Dios menjelaskan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan AkzoNobel untuk melibatkan Dulux secara proaktif dalam aktivitas pengembangan masyarakat. “Selain itu, kerja sama ini diharapkan dapat melanjutkan berbagai implementasi Ide Kota Humanis AkzoNobel yang sudah dilakukan sebelumnya dan mendukung berbagai upaya pengembangan urban di seluruh dunia melalui warna, sebagai salah satu dari enam pilar Ide Kota Humanis.”

Lebih jauh Jun de Dios berkomentar, “Kami percaya bahwa setiap orang mempunyai kesempatan untuk merasakan kekuatan transformatif warna dan berbagi kebahagiaan melalui medium warna. Warna tidak hanya memberikan pengaruh positif bagi kesehatan dan kesejahteraan, tetapi juga mampu memberikan jiwa bagi kehidupan dan inspirasi bagi setiap orang.”

Sebagian besar lukisan yang ditampilkan pada pameran ”Show Time” ini adalah lukisan representasional, yaitu lukisan yang memiliki objek. Sebagian objek-objek itu dapat kita rujukkan pada kenyataan, dan sebagian lainnya adalah dunia imajiner hasil rekaan sang pelukis. Sebagian dapat kita lihat sebagai gambaran suatu kenyataan tertentu dan sebagian lagi adalah rekonstruksi kenyataan yang diubah dalam beragam cara, sehingga menjadi kenyataan versi sang pelukis.

“Kota-kota di negara kita mengalami transformasi yang berlangsung cepat di seluruh negeri. Beberapa area urban secara perlahan mulai kehilangan identitas, menciptakan perkotaan yang tak bernyawa dan anonim, serta tidak terhubung dengan alam seperti dahulu. Dengan pemikiran ini, seniman lebih memilih untuk menyampaikan pesan yang menghubungkan dan menghargai alam, serta mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam setiap aspek kehidupan melalui karya mereka. Bagi kami di AkzoNobel, kami mengusung Ide Kota Humanis dengan penuh semangat dan berkomitmen untuk menempatkan keberlanjutan sebagai inti dari segala sesuatu yang kami lakukan,” tambah Jun.

Pameran lukisan ini cukup unik karena pelukis-pelukis yang menampilkan karyanya di pameran ini tidak sekadar melukis sebagai sebuah profesi, namun mereka juga berperan penting dalam perkembangan seni dan kebudayaan di Jakarta melalui profesi utama mereka. Pameran ini adalah pameran pertama dari kelompok yang menamakan diri sebagai Kelompok PITU dan akan terus berlanjut tidak hanya kali ini saja tetapi berkesinambungan hingga akhir tahun nanti.

Masyarakat urban saat ini cenderung hidup monoton dan tidak peduli dengan lingkungan tempat tinggalnya. Padahal jika kita menambahkan warna dalam keseharian akan membuat hari-hari Anda lebih luar biasa, sekaligus meningkatkan dan memberi energi kepada lingkungan sekitar kita,” jelas Dwi Sutarjantono, salah satu pelukis pada pameran lukisan ‘Show Time’ yang menciptakan sebuah karya menggunakan warna Dulux Colour of the Year 2015, Copper Orange.

AkzoNobel telah berkontribusi dalam berbagai program untuk menciptakan lebih banyak kota humanis bagi masyarakat urban di seluruh dunia. Misalnya AkzoNobel berkontribusi dalam melestarikan Rijksmuseum selama 10 tahun dan museum Van Gogh selama 3 tahun. Di Indonesia sendiri, AkzoNobel telah melakukan pengecatan kawasan budaya Semawis di Semarang dan awal tahun ini, AkzoNobel telah mengecat ulang eksterior Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), gedung teater tertua di Jakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *