Generasi Pesona Indonesia (GenPI), Sebagai Digital Influencer Kepariwisataan Indonesia

Generasi Pesona Indonesia (GenPI), Sebagai Digital Influencer Kepariwisataan Indonesia

ajax loader

Kementerian Pariwisata memiliki 3 (tiga) program prioritas di Tahun 2018 untuk mewujudkan 20 Juta wisman di Tahun 2019, Digital Tourism (E-Tourism), Homestay Desa Wisata dan Konektivitas Udara (Air Accesibility). Ketiganya menjadi prioritas mengikuti trend industri dunia saat ini dimana sudah tidak lagi owned economy  tapi  sharing economy, dengan didukung oleh semangat Indonesia Incorporated maka target Presiden Joko Widodo tersebut dapat terwujud.

Saat ini era dunia telah berubah, perusahaan Digital merajai ekonomi dunia dengan konsep sharing economy-nya. Pariwisata Indonesia juga harus beradaptasi dan bertransformasi dengan era baru tersebut, maka lahirlah program kebijakan Digital Tourism.

Program tersebut berdasarkan data bahwa pada Januari 2017 terdapat 7,4 Milyar penduduk bumi dimana 8 milyar pelanggan mobile, dimana 2,5 milyar pengguna aktif social mobile, lalu 3,7 milyar-nya adalah pengguna internet dan 2,7 milyar pengguna aktif social media.

Data dukung tambahan menyebutkan, pada Januari 2017, terdapat 262 juta penduduk Indonesia dimana 371 juta pelanggan mobile, 92 juta pengguna aktif social mobile, 132 juta pengguna internet dan 106 juta-nya adalah pengguna aktif social media.

Begitu besarnya pengguna internet saat ini yang difasilitasi oleh smartphone sehingga melahirkan sebuah Generasi Milenial. Sebuah generasi yang 80% eksis di dunia maya, media sosial dan media digital.

Kementerian Pariwisata menangkap peluang ini dengan melahirkan sebuah komunitas netizen _zaman now_ yang tertarik dengan pariwisata dan 80% bergerak di sosial media, yaitu GenPI (Generasi Pesona Indonesia) dan GenWI (Generasi Wonderful Indonesia) yang sangat disambut baik oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya.

“GenPI/GenWI adalah generasi milenial dengan basis komunitas yang aktif mempromosikan Pariwisata Indonesia baik melalui blog, vlog atau medsos kepada masyarakat luas. Mereka sangat aktif dan rutin menggunakan jari mereka untuk pariwisata Indonesia. Passion mereka memang di pariwisata, untuk itu setiap hari mempromosikan tema-tema pariwisata di Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, WeChat, Weibo, Line, Path, dan platform medsos lainnya,” jelas Arief Yahya.

Saat ini, GenPI telah terbentuk di 17 provinsi dengan target juli 2018 ada di 34 provinsi. GenPI menjadi komunitas pariwisata  terbesar di Indonesia yang sifatnya nasional, saling support antar daerah, terdiri dari Netizen, Blogger, Vlogger, Fotografer, Videografer, Traveler, Jurnalis, Reporter, Influencer. Komunitas ini digerakkan secara korporasi oleh Kementerian Pariwisata dengan target yang jelas dan skema professional.

“GenPI/GenWI merangkul _volunteer_ dari berbagai kalangan komunitas yang bergerak mempromosikan pariwisata berbasis digital. Pembentukan GenPI/GenWI merupakan salah satu bentuk komitmen Kemenpar untuk menghidupkan media sosial di kalangan anak-anak muda Indonesia. Apalagi untuk memenangkan pasar pariwisata dunia, Indonesia harus menguasai dunia digital. Seperti yang sering saya katakan, the more digital, the more personal, Semakin digital, saya meyakini bisa menyentuh satu-persatu konsumen secara personal”, jelas Arief Yahya.

Dalam konteks strategi media yang sering disebut Menpar, Arief Yahya yaitu _Paid, Owned, Social Media dan Endorser (POSE), GenPI/GenWI merupakan bagian dari Endorser.  Sementara jika dilihat dari konteks strategi Pentaheliks: Academician, Business, Community, Government, Media (ABGCM), GenPI/GenWI masuk dalam kelompok Community dan sekaligus media(sosial).

Terkait dengan strategi POSE, Arief Yahya memberikan sedikit catatan mengenai posisi dari GenPI/GenWI ini. Dalam strategi komunikasi dikenal apa yang disebut Celebrity Endorser dan Digital Influencer dan GenPI/GenWI masuk ke dalam kategori Digital Influencer. Sedangkan penggunaan Celebrity Endorsers Kemenpar telah melakukannya dengan bermitra dengan beberapa artis atau melalui kerjasama co-branding dengan sejumlah artis entrepreneur yang telah tandatangani MOU-nya beberapa waktu lalu.

“Karena dengan ketertarikan yang sama, mereka bisa kita andalkan untuk mempromosikan destinasi dan event-event pariwisata di tanah air. Mereka sudah menjadi evangelist dan advocator_ bagi dunia pariwisata Indonesia. Berbagai aktivasi digital bisa dilakukan, seperti lomba baik foto sosmed, vlog dan blog yang terbukti efektif memviralkan promosi pariwisata yang selalu kita gencarkan,” tambah Menpar, Arief Yahya.

Tema yang harus diangkat oleh GenPI/GenWI terkait tentang Destinasi, _Calender Of Event_ dan Kebijakan Pariwisata dengan memiliki kode etik *No Hoax, No Politik dan No Sara*.

Aktivitas GenPI

Kegiatan Promosi wisata yang dilakukan GenPI ada dua, kegiatan online dan offline. Melalui kegiatan online, Genpi bertugas mempromosikan destinasi digital melalui media sosial dengan memposting destinasi wisata, _calender of event_, atau kebijakan kepariwisataan, dan setiap hari menjadi trending topic di Twitter. Sedangkan kegiatan offline bertujuan mengajak netizen, followers, subscribers, friends dari para awak GenPI untuk ikutan bergabung di satu tempat secara rutin setiap Minggu Pagi.

“Memang saya selalu berpesan kepada teman-teman GenPI agar selalu inovatif dan selalu _fresh_ dalam menyelenggarakan kegiatan aktivasi komunitas. Kenapa begitu? Karena karakteristik anak-anak milenial memang suka yang inovatif. Agar komunitas GenPI ini tetap relevan, sustainable, dan mampu menarik sebanyak mungkin followers dan friends maka setiap acaranya harus selalu mengandung unsur kebaruan,” kata Menpar Arief Yahya.

Kegiatan GenPi harus memiliki muatan 2C, yaitu Creative Value dan Commercial Value. Pertama, Creative dalam mengangkat tema-tema pariwisata di media sosial, dari soal desain, angle, pemilihan kata, interaktif di medsos, sampai mengemas event. Kuncinya, harus selalu _fresh dan kekinian yang dituangkan dalam bentuk text, foto dan video.

 

Kedua, event itu harus menciptakan nilai komersial yang bermanfaat bagi setiap anggota komunitas maupun bagi masyarakat sekitar. Untuk kategori ini, terbagi menjadi dua bagian yakni online yang terdiri dari ITX, serta penciptaan konten kreatif. Sedangkan melalui kegiatan offline, realisasinya melalui pelaksanaan event dan destinasi digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *