Mengenal Perahu Orang Asmat

Mengenal Perahu Orang Asmat

ajax loader

Dalam rangkaian Pesta Budaya Asmat diadakan lomba perahu. Perahu yang merupakan alat transportasi sehari-hari orang Asmat di lingkungannya yang berada di sekitar sungai dan rawa mempunyai ciri khas yang unik. Selain sebagai alat pengangkut untuk berperang, perahu panjang berbentuk lesung ini dikendalikan dengan berdiri dan tetap terjaga keseimbangannya.

Jumat pagi 11 Oktober 2013, di Sungai Assuwetsj, Kota Agats, ibu kota Kabupaten Asmat. Sebanyak 18 Perahu, dari kejauhan beriringan medekati dermaga dari tepian sungai. Setelah bermanuver menuju ke tengah sungai, perahu-perahu lesung yang masing-masing diawaki 5 orang itu mendekati dermaga untuk diberkati oleh seorang tetua.

Pekikan-pekikan semangat menderu sebagai jawaban dari teriakan sang ketua. Dengan tenang masing-masing perahu didayung oleh awaknya sambil berdiri melaju ke titik start. Suasana semakin panas, para pendukung dari masing-masing kampung berteriak memanggil kawannya yang sedang “berperang” dari atas perahu.

Begitu aba-aba dari diberikan oleh panitia, 91 pedayung berlomba mengacu perahunya untuk maju dengan cepat ke arah finish. Sambil bertumpu pada kuda-kudanya di atas perahu, tangan-tangan kekar menarik arus sungai agar perahu terdorong kencang. Suasana riuh dengan teriakan para pendukung meriah terdengar di tepian dermaga. Akhirnya, tim no. 2 menjadi pemenangnya.

IMG_4939utk tv

 

 

 

 

 

 

Dahulu perahu digunakan untuk persiapan penyerangan ke wilayah musuh.  Perahu menuju ke tempat musuh, memancing suasana peperangan. Di masa damai,  perahu lesung digunakan untuk mengangkut masyarakat berburu dan mencari sagu.

Perahu Asmat terbuat dari jenis kayu khusus. Kayu kuning, ketapang, bitanggur dan kayu Besi. Kayu pilihan ditebang, dikuliti dan diruncingkan kedua ujungnya. Kemudian permukaan batang yang kasar diperhalus dan yang bengkok diluruskan. Lalu bagian dalamnya dikeruk menggunakan kulit siput.

Selanjutnya bagian bawah perahu dibakar supaya batang ringan dan kencang lajunya. Masing-masing bagian ujung batang dipahat. Pahatan bisa berupa bentuk binatang atau manusia. Jika bentuk binatang merupakan simbol dari peperangan, jika bentuk manusia merupakan simbol dari sosok saudara yang telah meninggal dunia. Setelah seleai perahu yang rata-rata panjangnya  15-20 meter itu dicat putih atau merah dan diresmikan melalui upacara.

Bagaimana Bisa orang Asmat bisa mengetahui tehnik pembuatan perahu hingga bisa dijaga keseimbangannya walaupun dikendalikan sambil berdiri? Hal inilah yang menjadi keunikan budaya Orang Asmat, sebuah kekayaan pengetahuan dari sebuah suku bangsa yang sering dicap terbelakang tetapi ternyata mempunyai seni budaya bernilai tinggi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *