Saat ini seluruh kru, panpel, peserta pagelaran “Angklung for The World” dan segala perlengkapannya sedang ngebut kerja. Rupanya kegiatan tersebut dimajukan 2 hari. Dari awal rencana akan dilaksanakan pada 25 April 2105 menjadi hari Kamis, 23 April 2015 di Stadion Siliwangi, Bandung. Kini panitia berjibaku dalam rentang waktu persiapan yang mepet, untuk mengatur 20.000 orang.
“Ini, positif. Acara ini dipercepat dua hari, agar di saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri Kepala Negara di Gedung Merdeka Bandung, show spaktakuler itu bisa dipamerkan,” ujar Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya di Jakarta.
“Kami yakin, kami masih bisa mengejar. Soal pilihan waktu ini sangat penting, agar semua Kepala Negara dan delegasi dari berbagai negara itu ikut haru, ikut senang, dengan sambutan warga Bandung dan Indonesia dalam memperingati peristiwa bersejarah bagi bangsa-bangsa Asia Afrika itu,” kata Menpar yang juga mantan CEO PT Telkom itu menambahkan.
Manfaat lain, lanjut Arief Yahya, seni music tradisional angklung itu juga makin popular di negara-negara Selatan Selatan. Pagelaran sebesar dan se-spektakuler itu harus turut dirasakan suasananya oleh tamu-tamu penting yang berkunjung di Bandung. Buat mereka lebih berkesan, bahwa sambutan publik dengan tradisi lokal itu menaikkan spirit negara-negara AA untuk maju bersama dalam kebersamaan.
Lebih lanjut Arief Yahya menyatakan bahwa ide dasar konser raksasa angklung itu untuk menyambut Peringatan KAA ke-60. Sebagai Ketua Bidang Side Events, harus mengkoordinasi berbagai events, dengan tujuan meramaikan, menghibur, dan menyambut peringatan itu. Ada dua pihak yang perlu disentuh, yakni delegasi dari berbagai negara, dan masyarakat lokal dan nasional Indonesia.
Acara pemecahan rekor main angklung kolosal sudah pernah dilakukan sebelumnya. Pertama di New York (5000 orang), dan Beijing (10.000 orang). Host dari even ini adalah Pemkot Bandung dan Kemenpar. “Silakan hadir, silakan berfoto-foto, mengambil gambar, shoot video, up load ke media social, change pic BB, karena main angklung kolosal seperti ini belum tentu setahun sekali,” ucap Menpar, sekaligus mempromosikan alat music khas Sunda, dan sudah terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan ;dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO itu.
Sumber foto : Wikipedia.com