Kembali Ke Masa Perang Dunia Kedua di Sausapor

Kembali Ke Masa Perang Dunia Kedua di Sausapor

ajax loader

Pada tahun 1942, Jepang menyerang basis pertahanan Amerika Serikat di Pearl Habour. Kejadian yang terjadi secara tiba-tiba itu memukul telak kekuatan Amerika Serikat  di wilayah Pasifik. Untuk itulah kemudian melalui tangan dingin Jendral Douglas MacArthur, melancarkan strategi peperangan dengan menguasai basis pertahanan di Asia, mulai dari Papua ke Flipina dan akhirnya menuju Jepang.

Pada 30 Juli 1944 Tentara Sekutu mendarat di Sausapor. Operasi pendaratan di wilayah Kepala Burung yang disebut Vogelkop itu dinamakan operasi Globetroter.Mereka membuka lahan untuk basis pertahanan, gudang logistik dan landasan pesawat. Bahkan mereka membangun 3 landasan, salah satunya untuk pendaratan pesawat tempur, dan sisanya untuk pesawat berbadan lebar.

tank 5

Landasan itu dilapisi tikar baja. Mereka juga menyuplai kebutuhan masyarakat. Rupanya masyarakat setempat dendam terhadap Jepang. Jepang yang berbasis di wilayah Sorong, bersikap kejam terhadap masyarakat. Tentara Jepang menerapkan kerja paksa dan mengambil tanah serta hasil pertanian tanpa ganti rugi. Masyarakat yang memberontak kerap dihukum berat bahkan dibunuh.

Kehadiran tentara Sekutu pimpinan Amerika dan Sekutu menjadi dewa penyelamat untuk penduduk setempat. Mereka diberi layanan kesehatan, pakaian bahkan dipersenjatai untuk ikut melawan Jepang.

Kini peninggalan tentara Sekutu pada Perang Dunia ke II itu hanya sedikit yang tersisa. Awalnya banyak bangkai pesawat dan tank serta kendaraan amphibi yang ditinggalkan di pantai. Namun masyarakat banyak yang memotongnya dan dijual sebagai besi tua. Bahkan landasan pesawat yang terdiri dari tikar baja juga dirambah.

Untuk itu pemerintah Kabupaten Tambrauw berusaha menyelamatkan sisa-sisa PD II yang masih ada. Saat Rombongan Presstour Kementerian Pariwisata tiba di Sausapor, melihat secara langsung sisa –sisa kendaraan tank dan ambphibi milik Sekutu adalah kesempatan yang jangan sampai terlewatkan.

tank 3

Rabu pagi, 6 Maret 2019, Rombongan langsung dipandu oleh Wakil Bupati Tambrauw, Mesakh M Wekmam. Perjalanan selama setengah jam dari Kota Sausapor melewati jalan lebar akses menuju bandara Douglas MacArthur di distrik Werur. Jalan lebar ini juga sisa landasan pesawat peninggalan tentara sekutu. Jalan lebar kemudian menyempit hingga masuk ke distrik Wor, Desa Es Mambo.

 

Deretan Mobil Gardan 4 diparkir di badan jalan yang sekitarnya penuh semak belukar dan hutan lebat. Di tepiannya ada sebuah pos jaga yang baru selesai dibangun. Menyusuri jalan setapak selama 5 menit. Tampaklah 6 buah bangkai tank dengan badan yang sudah terkoyak namun struktur dan roda besinya masih terpasang. Berserakan memanjang.“ Konon tank-tank ini sengaja ditarik ke dalam hutan ini agar tidak digunakan oleh pihak lawan setelah perang selesai. Mereka dibawa kesini lalu dhancurkan, “ kata wakil bupati menjelaskan.

Sudah banyak turis asing ke sini. Mereka berpesan agar keasliannya tetap dijaga, tidak dipindahkan dan dimasukkan di dalam ruangan seperti di daerah lain. Perlu juga dukungan dari berbagai pihak, karena bisa saja ada sisa-sisa bahan peledak yang berbahaya yang masih tertanam di wilayah ini.

tank 2

“Kami berencana membangun jalan berupa jembatan kayu. Sehingga wisatawan dapat berkunjung ke sini dengan nyaman dan hutan tetap terjaga, “ lanjut wakil bupati menyatakan.

Tak jauh dan tempat tank sekutu, ada juga peninggalan kendaraan amphibi. Kedua tempat ini juga akan dihubungkan dengan jalan jembatan kayu, “ Kami juga akan membersihkan tempat ini dari semak-semak, dan menghubungkan jalan dari tempat tank. Tanpa merusak hutan, wisatwan tidak hanya menikmati peninggalan bersejarah tetapi juga alam yang asri, menikmati kicauan burung-burung di pepohonan, “ kata Mesakh M.Wekmam menutup perjalan kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *