Arief Yahya Sosialisasikan Fasilitas Bebas Visa di Forum Internasional

Arief Yahya Sosialisasikan Fasilitas Bebas Visa di Forum Internasional

ajax loader

Menteri Pariwisata Arief Yahya mempromosikan Wonderful Indonesia pada forum Tourism Ministerial Meeting of Countries along The Silk Road Economic Belt yang dilaksanakan di Xian, Provinsi Shaanxi, China, pada 19 Juni 2015, yang digelar China National Tourism Administration (CNTA) dan World Tourism Organization (UNWTO). Dalam tujuh kali pertemuan UNWTO, baru tahun ini ada pertemuan setingkat Menteri Pariwisata.

Satu poin penting yang menjadi concern Indonesia adalah fasilitas bebas Visa “Melalui Perpres No 69, tanggal 9 Juni 2015, sudah membuat kebijakan bebas visa bagi 45 negara untuk datang ke Indonesia,” ungkap Menteri Pariwisata Arief Yahya saat mendapat kehormatan sebagai pembicara pertama dalam Tourism Ministerial Meeting of Countries along The Silk Road Economic Belt (19/6).

Lebih lanjut Menteri Arief Yahya juga menjelaskan, dari 45 negara yang diberikan bebas masuk ke Indonesia itu, 6 diantaranya adalah anggota Silk Road Program, atau yang popular disebut Jalur Sutera, yakni China, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Italia dan Spanyol. “Tahun 2016, kami akan menambah 30 negara baru yang bisa masuk ke Indonesia bebas Visa,” kata Menpar yang aktif mempromosikan Wonderful Indonesia melalui fasilitas bebas Visa ke semua Menteri yang mewakili 25 negara di The 7th UNWTO International Meeting on Silk Road Tourism.

Indonesia dipandang sebagai negara strategis dalam peta kepariwisataan dunia. Kebijakan bebas Visa itu langsung masuk dalam pembahasan di sesi pertama. “Kami mengundang seluruh anggota Silk Road Program untuk mensupport dan memfasilitasi kemudahan Visa tersebut, agar memberi dampak yang positif untuk pertumbuhan ekonomi global,” kata Arief Yahya.

Selain itu, Menpar juga mengusulkan agar program Silk Road Tourism yang diinisiasi UNWTO dan CNTA dilakukan melalui jalur darat dan jalur laut. Jalur darat bermula dari Xian menuju ke bagian Barat China, Rusia, dan beberapa negara Eropa, sedangkan  jalur laut atau Maritime Silk Road dapat diawali dari Fuzhou ke Asia Tenggara, India, Afrika, Timur Tengah dan Eropa. Istilah “jalur sutra” itu sendiri kali pertama dipopulerkan oleh geografer Jerman, Ferdinand von Richthofen pada abad ke-19 karena komoditas perdagangan dari daratan China yang banyak adalah kain sutra.

Forum 1st Tourism Ministerial Meeting of Countries along the Silk Road Economic Belt itu dipimpin oleh Mr. Taleb Rifai, Secretary General of UNWTO dan Mr. Li Jinzao , Chairman of CNTA. Pada pembukaan hari kedua itu, juga dihadiri Mr. Wang Yang, Vice-Premier of China, Mr. Wang Yang, Vice-Premier of China dan seluruh menteri dan perwakilan 25 negara. Delegasi Indonesia dipimpin langsung Menpar Arief Yahya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *