Dalam rangka mendorong pemulihan perekonomian nasional, khususnya di sektor pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf/Baparekraf RI) menggelar kegiatan familiarization trip berjudul “Perjalanan Wisata Pengenalan di Maluku” pada 29 November – 4 Desember 2020.
Dalam kegiatan ini Kemenparekraf/Baparekraf RI mengajak 4 orang perwakilan travel agent/travel operator (TA/TO) dan 1 perwakilan media massa untuk mengunjungi destinasi-destinasi wisata di Kepulauan Banda, Provinsi Maluku, seperti Pulau Neira, Pulau Nailaka, Pulau Run, Pulau Ay, dan juga Pulau Hatta.
Seluruh peserta perjalanan ini diharuskan melakukan swab test terlebih dahulu, dan baru diizinkan mengikuti perjalanan setelah hasil tesnya dinyatakan negatif atau bebas COVID-19. Dengan adanya kegiatan ini para TA/TO dan media massa diharapkan bisa membantu mempromosikan destinasi-destinasi wisata Kepulauan Banda ke pasar wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dalam kegiatan ini Kemenparekraf/Baparekraf RI juga mendorong perwakilan TA/TO untuk saling berbagi pengalaman, bertukar pikiran, serta memberi masukan kepada pemerintah daerah dalam rangka mendukung pengembangan wisata Banda Neira.
“Jadi kita melihat dulu, kita merasakan atraksi wisatanya, kemudian kita buat paket wisata, dan kita jual. Memang ini butuh kerja sama, bukan hanya dari kementerian dan pelaku industri wisata, tapi juga dari pemerintah daerah dan masyarakat Banda,” ujar Freddy Nayoan dari Java Traveller, salah satu perwakilan TA/TO yang menjadi peserta dalam kegiatan ini, Selasa (2/12/2020).
“Ke depannya, saya harap pariwisata di Banda ini bisa terkoneksi juga dengan sektor perikanan dan perkebunan setempat,” lanjut Freddy.
Kepulauan Banda memang amat kaya akan atraksi wisata mulai dari wisata alam hingga wisata sejarah dan budaya.
Dari segi wisata sejarah dan budaya, Banda Neira memiliki kebun-kebun pala peninggalan era kolonialisme Belanda, serta rumah-rumah peninggalan tokoh bangsa seperti Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan Dr. Cipto Mangunkusumo yang sempat diasingkan di sana. Banda Neira juga memiliki bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang kaya akan estetika dan nilai historis seperti Benteng Belgica, Benteng Nassau, dan Istana Mini VOC.
Sedangkan dari segi wisata alamnya, Kepulauan Banda memiliki Gunung Api Banda yang sangat menantang untuk didaki. Kepulauan ini juga memiliki wilayah perairan sangat luas dengan kekayaan serta keindahan alam bawah laut yang bisa dibanggakan hingga ke skala internasional.
Di perairan Kepulauan Banda wisatawan bisa bertemu dengan mahluk laut eksotis seperti lumba-lumba. Kepulauan Banda juga merupakan satu-satunya wilayah di Indonesia di mana para penyelam bisa bertemu dengan hiu kepala martil (hammerhead shark).
“Banda ini lautnya bagus, daratnya bagus, sejarahnya bagus, budayanya juga bagus,” ujar Camat Banda Kadir Sarilan, Selasa (2/11/2020).
Tantangan Pengembangan Wisata Banda Neira
Meski sangat kaya potensi, upaya pengembangan wisata di Kepulauan Banda masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama dari segi transportasi dan infrastruktur.
Hingga saat ini transportasi menuju Kepulauan Banda masih sangat terbatas. Pesawat perintis dengan rute Ambon-Banda dan sebaliknya hanya terbang 1 kali setiap pekan. Jadwal pesawat kapal laut rute Ambon-Banda dan sebaliknya juga masih sering berubah-ubah, sehingga bisa menyulitkan wisatawan yang ingin berkunjung ke sana.
Hal ini diakui pula oleh Camat Banda Kadir Sarilan saat menghadiri acara makan malam bersama yang digelar Kemenparekraf/Baparekraf RI di Hotel Cilu Bintang Estate, Banda Neira, Selasa (1/12/2020).
“Kalau menurut saya, yang paling dominan yang harus dibenahi adalah sarana transportasi. Sehingga orang bisa datang ke Banda kapan saja, dan bisa pulang kapan saja,” ujar Kadir, Selasa (1/12/2020).
Tantangan pengembangan wisata Banda Neira juga terletak di segi amenitas atau fasilitas pendukung bagi wisatawan. Hal ini diungkapkan Jordi Paliama, perwakilan TA/TO Photodivetrip yang menjadi salah satu peserta dalam kegiatan ini.
“Banda ini luar biasa. Untuk ke depan, selain transportasi harus dibenahi, amenitasnya juga harus dibenahi, terutama rumah sakit untuk melayani wisatawan yang sakit ketika sedang berkunjung,” ujar Jordi, Selasa (1/12/2020).
Jordi juga menekankan pentingnya memperbaiki sistem pengolahan sampah di Kepulauan Banda agar kebersihan dan kelestarian alam bawah lautnya tetap terjaga.
“Perlu ada edukasi waste management untuk masyarakat Banda. Jangan sampai alamnya rusak karena penduduknya bertambah banyak. Di sini butuh kerja sama antar pihak, salah satunya kerja sama Kementerian Pariwisata dengan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup,” lanjut Jordi.
Aspirasi serupa juga disampaikan oleh Ceisar selaku perwakilan dari Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Banda. Ceisar berharap ke depannya berbagai elemen masyarakat bisa semakin menguatkan kerja sama untuk menguatkan pariwisata Banda.
“Kepada pelaku kesenian, pelaku usaha souvenir, pelaku usaha restoran, dan yang lain, mari kita bersama-sama menjaga Banda tetap bagus, tetap bersih, dan tetap bebas dari COVID-19,” pungkas Ceisar.