Kementerian Pariwisata Gelar FESTinFest

Kementerian Pariwisata Gelar FESTinFest

ajax loader

Kick off Festival Indonesia Festival (Fest in Fest) dimulai Rabu (26/1), di Balairung Soesilo Sudarman, Kementerian Pariwisata. Even akbar yang menyuguhkan pameran dan pertunjukan bertajuk 10DEST.I.Nation selama 26-29 Januari 2017 di area Kantor Kemenpar, Jakarta itu mengakomodir semua festival di Indonesia.

“Kami ingin mendorong festival semakin kuat agar bisa menjadi daya tarik wisatawan. Semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” kata Menpar Arief Yahya, dalam sambutannya di Balairung Soesilo Sudarman, Jakarta, Kamis (26/1).

Dalam pandangannya, Indonesia sudah dalam jalur yang benar. Runningnya sudah ke arah dimana kecenderungan dunia sedang menuju. Pertama,  Fest in Fest 2017 bisa menjadi ajang pertukaran pengalaman, membangun kerjasama antara penyelenggara Festival dengan pemerintah, bisnis dan masyarakat.

Kedua, dapat disusun kalender event yang teratur, efektif dan tersebar, sebagai atraksi yang beragam, unik dan mempesona. Dan alasan ketiga, menjadikan Gedung Sapta Pesona sebagai sebuah destinasi kunjungan, utamanya bagi penyelenggara festival dan pemangku kepentingan dalam Pariwisata Indonesia. “Destinasi ini sebagai rumah bersama kita. Dan dalam satu tahun ini kita siapkan lebih dari 100 kegiatan festival yang diselenggarakan di berbagai daerah di Tanah Air sebagai daya tarik untuk mendatangkan 15 juta wisatawan mancanegara dan menggerakan 265 juta wisatawan nusantara,” sambung Menpar.

Di Fest in Fest 2017, Kemenpar juga memperkenalkan Pekan Budaya Nasional serta persiapan Indonesian Cultural Asiade (ICA) dalam rangka Asian Games yang akan digelar di Jakarta dan Palembang 2018 mendatang.

Semua penyelenggara festival dikumpulkan. Dari mulai Deputi Pengembangan pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara I Gde Pitana, Deputi Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Kemenpar Ahman Sya, Ketua Tim Percepatan 10 Destinasi, Hiramsyah. S Thaib, Direktur Solo International Performing Arts Irawati Kusumarasri, Pelaksana Pasa Harau Culture Festival, Budi Hermanto, Perintis Sandeq Rase Festival Bahari Mandar, Ridwan Alimuddin, Perintis Brobudur Writer, and Culture Festival Seno Joko Suyono, Pendiri dan Penyelenggara ArtJog Hari Pemad, Dosen dan Ketua Aliansi Indonesia Festival Dr Yanti Heriyawati, Ketua Desa Adat Geriana Kauh, Selat Karangasem I Wayan Beratha, hingga sejumlah Kepala Dinas Pariwisata sejumlah daerah, semua kumpul jadi satu.

Semuanya saling bertukar pengalaman dan mengembangkan kerja sama untuk menggelar festival sepanjang 2017. “Gagasannya ingin mencari satu model yang memiliki standarnya internasional dan dalam kebudayaan tidak ada budaya dan semua festival ingin terbaik,” timpal Ketua panitia penyelenggara FEST in Fest 2017, Taufik Rasen. Dan untuk menuju ke sana, Kemenpar terlihat sangat serius. Koreografer streetdance yang masuk dalam jajaran penari elit dunia asal Papua, Jecko Siempo, ikut digandeng untuk mengisi acara. Begitu juga dengan seniman tari multi talenta seperti Nungki Nurcahyani, Bambang Besur dan Surya Mulawarman. Semuanya mempertontonkan tarian yang energik, bertenaga, dan penuh kegembiraan dengan standar dunia.

Soal detail acara, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Wisata Nusantara Esthy Reko Astuti juga angkat suara. Menurut wanita berkerudung itu, dari mulai barang temuan (found object), folklore, narasi mitos, sejarah dan respon artistic disatukan menjadi sajian yang menarik.

Kesepuluh destinasi utama “Bali baru” menyajikan pertunjukan tari kontemporer. Mulai dari Caldera of Kings (Danau Toba). Wave Under the Stone, Sun and Serendipity (Tanjung Kelayang Belitung). Country Below the Wind (Tanjung Lesung Banten). Queen of The East (Kota tua dan Kepulauan Seribu).  Pearl of Buana Samudra (Borobudur Jawa Tengah). Wonder in Wonderland (Bromo Tengger Semeru). Zoo Quest of The Dragon (Labuan Bajo, NTT). In Search of Desire Prince (Mandalika, NTB). MOROTAI mon Amor! (Morotai Maluku Utara). Wanderlust Triangle  of The Sea (Wakatobi, Sulawesi Tenggara), semua dipertontonkan di Fest in Fest 2017.

Begitu juga dengan kolaborasi antar seniman. musik etnik Kemlaka, instalasi seni Art Blackbridge Community. “Ada banyak keseruan dan pengelaman baru yang bisa dijumpai di Fest in Fest. Agendanya banyak yang bagus,” sambung Esthy yang ikut diamini Kepala Bidang Wisata Budaya Asdep Pengembangan Segmen Pasar Personal, Wawan Gunawan.

Di hari pertama, selain acara pembukaan (opening ceremony) juga diselenggarakan; Seminar Festival Indonesia yang mengangkat tema “Mencari Panduan dan Kerjasama”, Sarasehan Penyelenggara Festival dan Event Organizer, Diskusi Terarah (FGD) masing masing Pemangku Kepentingan (Budaya, Bahari, Internasional, Mice dan Olahraga).

Selain itu, pada hari yang sama juga akan digelar Festival Internasional, Curah Pendapat (public hearing), Festival Destinasi Utama, Sosialisasi Indonesian Cultural Asiade dan Pekan Budaya Nasional, Pertemuan Kesepahaman dan Kerjasama antar festival, serta Malam Budaya Nusantara.

Pada hari kedua, terdapat acara Sarasehan Pariwisata, Forum General Diskusi Terarah, dan Malam Budaya Nusantara. Sedangkan hari ketiga, terdapat sosialisasi Cultural Asiade, sosialisasi pekan budaya nasional perkenalan festival daerah, pertemuan kesepahaman dan kerja sama antar festival, Malam Ragam Rasa.

Dan di hari terakhir, akan ada pameran dan parade on the street yang memamerkan poster dan foto festival di indonesia dan show off budaya. “Dua hari pertama ditujukan khusus para peserta dan pegawai Kemenpar. Sisanya terbuka untuk umum,” tutup Esthy.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *