Seri Monolog “Di Tepi Sejarah”, Sudut Pandang Baru Melihat Sejarah Indonesia

Seri Monolog “Di Tepi Sejarah”, Sudut Pandang Baru Melihat Sejarah Indonesia

ajax loader

Titimangsa Foundation kembali menghadirkan pentas drama berkualitas. Kali ini di era pandemi, hadir serial monolog berjudul “ Di Tepi Sejarah” yang menghadirkan 4 seri yang ditayangkan secara daring di saluran Youtube dan jaringan TV Kabel.

tepi sejarah8

Seri Monolog “Di Tepi Sejarah” ini diprakarsai oleh Happy Salma dan Yulia Evina Bhara selaku Produser dari Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media. Pentas ini juga merupakan kerja bersama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.

Produser dari Titimangsa Foundation, Happy Salma, menambahkan bahwa ide awal seri monolog Di Tepi Sejarah tercetuskan ketika ia sedang menggarap monolog “Aku Istri Munir” yang berkisah tentang Suciwati Munir dan naskahnya ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma.

tepi sejarah10

“Dari situ, saya jadi terinspirasi bahwa dengan situasi sekarang, banyak juga cara untuk tetap bergerak, berbuat dan semoga bermanfaat lewat panggung teater yang tidak kehilangan ruh panggungnya. Dimainkan hanya oleh satu orang pemain agar terasa intim dan personal membawakan makna tentang kemanusiaan. Aktor-aktor yang terlibat juga adalah aktor handal yang bertalenta dan sungguh-sungguh juga disiplin. Dalam hal ini, saya berharap Di Tepi Sejarah dapat menjadi kaca mata lain bagi bangsa Indonesia melihat sejarahnya.” ungkapnya.

Ditambahkan oleh Yulia Evina Bhara, Produser dari KawanKawan Media, Di Tepi Sejarah merupakan upaya untuk menyediakan media alternatif dalam pembelajaran sejarah di Indonesia. “Seni pertunjukan dapat menyampaikan isu terkini maupun masa lampau dengan sudut pandang yang lain dan karena sifatnya yang lentur, dapat dikemas dalam bentuk lintas media. Komponen seni pertunjukan seperti visual dan bunyi diharapkan menjadi stimulus bagi penontonnya untuk mencari tahu lebih banyak tentang kisah yang diangkat.” tambahnya.

tepi sejarah6

Di Tepi Sejarah mengangkat 4 judul monolog; “Nusa Yang Hilang”, “Radio Ibu”, “Sepinya Sepi”, dan “Amir, Akhir Sebuah Syair”, yang keempatnya mewakili keanekaragaman wilayah dan melibatkan orang-orang di seluruh pelosok Indonesia. Pertunjukan ini juga adalah upaya  memberikan sudut pandang baru untuk Indonesia melihat sejarahnya. Rangkaian monolog ini bekerjasama dengan Aktor, Sutradara Teater, Sutradara Visual, dan Penulis Naskah yang berbeda untuk setiap judul, dan tentu mumpuni di bidangnya.

Seri monolog ini juga melibatkan seniman yang berdedikasi pada profesinya, diantaranya yaitu Iskandar Loedin (Penata Artistik dan Cahaya), Deden Jalaludin Bulqini (Penata Artistik dan Multimedia), Mamed Slasov (Penata Cahaya), Retno Ratih Damayanti (Penata Kostum), Eba Sheba (Penata Rias), Ricky Lionardi (Penata Musik), Achi Hardjakusumah (Penata Musik), Freza Anhar (Penata Musik), Imam Maulana (Penata Musik dan Suara) dan Batara Goempar (Penata Sinematografi Nusa yang Hilang).

tepi sejarah7

Setelah tayang di kanal Youtube Budaya Saya pada 18 sampai dengan 25 Agustus 2021 lalu dan mendapatkan sambutan yang antusias dari masyarakat. Kali ini, seri monolog “Di Tepi Sejarah” bisa diakses melalui Kanal Indonesiana, kanal budaya milik Kementerian Pendidikan, Budaya, RIset dan Teknologi, (Kemendikbudristek).

Kanal ini dapat diakses melalui siaran televisi jaringan Indihome saluran 200 (SD) dan 916 (HD)atau laman https://www.useetv.com/livetv/indonesiana atau indonesiana.tv.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *