Indonesia Targetkan Bangun 20.000 Homestay Desa Wisata tahun 2017

Indonesia Targetkan Bangun 20.000 Homestay Desa Wisata tahun 2017

ajax loader

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menargetkkan pembangunan 20.000 homestay di desa wisata pada tahun 2017. Hal ini menjadi pembahasan dalam Rakornas Pariwisata II-2017. Diharapkan melalui Rakor ini,  memperkuat sinergitas semua elemen dalam mewujudkan target nasional pariwisata melalui peran dan dukungan konektivitas pariwisata dari seluruh kementerian/lembaga sebagai inkorporasi Indonesia. Rakornas yang berlangsung dua hari , 18-19 Mei 2017 ini diadakan di Birawa Assemby Hall, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.

Rakornas Pariwisata II-2017 yang mengangkat tema “Indonesia Incorporated: 20.000 Homestay Desa Wisata pada tahun 2017” dibuka, sekaligus sebagai keynote speaker, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.  Dalam rakornas ini mengagendakan sejumlah topik bahasan menarik, antara lain legalitas lahan, pengembangan homestay desa wisata, skema pendanaan homestay desa wisata, dan skema pengelolaan homestay desa wisata. Strategi pengembangan pariwisata yang merupakan bagian dari Nawacita dalam rangka inkorporasi Indonesia melibatkan aturan ABCGM, yakni akademisi, bisnis, community, government, dan media.

Desa wisata pertama kali digagas oleh Presiden Joko Widodo, Sabtu 15 Oktober 2016 di acara Sail Selat Karimata di Kalimantan Barat. Gagasan tersebut segera ditindaklanjuti oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya. “Saya sudah kontak Pak Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Saya mengirim Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Kemenpar, Dadang Rizky untuk menindaklanjuti teknis dengan Dirjen PPMD Kemendes PDDT Prof Dr Erani yang ditunjuk sebagai PIC. Kita akan segera menentukan quick win, destinasi mana saja yang paling siap untuk diformat menjadi Desa Wisata,” tutur Menpar Arief Yahya dari keterangan pers tertulis.

Desa wisata digagas sejalan dengan karakter dan potensi desa di Indonesia, sebanyak 74.954 tersebar di seluruh nusantara, dengan 1.902 di antaranya sudah memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata. Selain keunikan alamnya, Desa Wisata sangat kental dengan daya tarik budaya dan momen hidup bersama penduduk lokal dan mengenal kehidupan mereka.. hal ini mendorong hadirnya ide pengadaan homestay yang cepat, tepat dan sesuai potensi Indonesia.

Selain itu, homestay menjadi gerbang peluang bisnis jasa yang baru. Peluang tersebut diikuti dengan bisnis lain seperti penyewaan kendaraan, jasa kuliner, jasa parkir, jasa pemandu wisata, jasa binatu dan cindera mata khas. Semua peluang tersebut membutuhkan SDM, sehinga homestay dinilai sebagai bisnis yang mampu membuka lowongan kerja dengan sendirinya.

Pelaksanaan pariwisata Indonesia, sesuai dengan agenda Menteri Pariwsata, terdiri dari 3A, yakni atraksi, akses, dan amenitas. Ketiganya dilaksanakan dengan melibatkan koordinasi untuk sektor promosi wisata, SDM, sarana dan prasarana. Sebagai poin kedua dari top three priorities Kementrian Pariwisata Indonesia, Homestay Desa Wisata mendapat peran yang signifikan dalam upaya peningkatan pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Indonesia. Secara sederhana, homestay memiliki konsep low-cost tourism dengan menggunakan arsitektur nusantara dengan rencana pembangunan selama 6 (enam) bulan.

Homestay Rumah Wisata dibangun dengan melakukan sayembara desain arsitektur nusantara. Hal ini diawali dari meningkatnya tren pariwisata di bidang keilmuan arsitektur. Karena itulah pembangunannya turut mengundang masyarakat dengan tujuan (1) memberikan kesempatan bagi para arsitek di seluruh Indonesia untuk turut memajukan Arsitektur Nusantara; (2) mendukung program pengembangan 10 destinasi wisata prioritas di Indonesia melalui perencanaaan pengembangan kawasan wisata dengan desain terbaik; dan (3) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di 10 destinasi wisata prioritas melalui perancangan hunian masyarakat yang dapat disewakan kepada wisatawan.sayembara ini diadakan mulai 1 Agustus 2016 sampai dengan 25 Oktober 2016 dengan menghadirkan dewan-dewan juri Yori Antar (Ketua), Bambang Eryudhawan, Dharmali Kusumadi, Eko Alvares, Endy Subijono, Hari Sungkari, dan Herry Purnomo.

Homestay tidak hanya sebagai amenitas (akomodasi rumah tinggal), tetapi juga sebagai atraksi wisata. Homestay memiliki daya tarik budaya yang sekaligus memungkinkan interaksi turis dengan penduduk setempat. Sementara sebagai amenitas, homestay dapat dijadikan tempat tinggal yang sehat, bersih, dan aman, bagi masyarakat sekaligus wisatawan, dengan pengelolaan berstandar internasional.

1 4

Skema kerjasama melibatkan peran Kementerian Pariwisata, kementerian Desa, Kementerian BUMN, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian PUPR, Bekraf dan Pemda serta masyarakat. Pelaksanaan legalitas lahan melibatkan peran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, dengan peran memberikan legalitas akan hak bagi pemilik tanah/desa/komunitas; dan memberikan kemudahan dari negara/kementerian dan regulasi yang bersahabat bagi pengelola wisata dan investor perbankan melalui MoU.

Di dalamnya, terlibat pelaksanaan konversi, renovasi, dan bangun baru yang merupakan skema pembangunan homestay. Pembangunan tersebut melibatkan peran kementerian dan pihak serta instansi terkait. Selain itu, pendanaan homestay desa wisata melibatkan peran Kementerian Desa PDTT, Kementerian PUPR, pihak investor dan BUMN.

Diskusi/Workshop

Rangkaian kegiatan Rakornas Pariwisata II-2017 antara lain diisi dengan diskusi/workshop seputar pelaksanaan pembangunan homestay desa wisata dengan menghadirkan narasumber dari intansi terkait. Diskusi/wokrshop diadakan sebagai upaya untuk menunjang pembangunan homestay dalam rangka meningkatkan pariwisata di Indonesia.

Dalam hal legalitas lahan, dihadirkan panelis dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang, BPN, dan KLHK. Dalam hal pengembangan homestay desa wisata, panelis dihadirkan dari Biro Perencanaan Kementerian Desa, pihak PT TWC (Taman Wisata Candi: Borobudur – Prambanan – Ratu Boko), dan Ditjen Kebudayan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam hal skema pendanaan homestay, dihadirkan panelis dari Ditjen PPMD Kementerian Desa, Kementerian PUPR, Otoritas Jasa Keuangan, dan BTN. Serta pembahasan skema pengelolaan homestay menghadirkan panelis dari Tim Homestay Kementerian Pariwisata; Real Estat Indonesia; BPIW Kementerian PUPR; Kementerian Komunikasi dan Informatika; CEO Airy Rooms; serta Desa-Desa yang pembangunannya dikenal memiliki success story, yakni Dieng Kulon, Pemenang Barat, Songgon, Penglipuran, dan Kampung Sampireun.

Rakornas Pariwisata II-2017 diikuti sekitar 500 peserta terdiri dari Menteri; panelis diskusi/workshop (dirjen, CEO, dan Kepala lembaga); kepala daerah (Pemprov/kota/kabupaten) 10 destinasi prioritas dan 14 destinasi unggulan; SKPD Kepala Daerah terkait; Kadispar Prov/ Kota/Kabupaten; pejabat Internal Kemenpar (Ess.1 s/d 4 , stafsus, advisor, Tim Percepatan,  dan Tenaga Ahli Kemenpar);  Asosiasi Industri Pariwisata;  Akademisi, Komunitas, dan  media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *